Hai hai..apa kabar yang liburan? Apa? Ga libur? Sama dong..ciyan ya kita..hahaha..meskipun ga libur, semangat jangan dikasih kendor dong. Tarik mang!! 😉
Jadi di postingan dengan preambule jayus ini, saya mau cerita aja sih kalau beberapa hari lalu, tepatnya Selasa kemarin saya meet up sama teman2 saya. Bukan teman sembarang teman, tapi teman yang sudah 14 tahun berteman (bahkan ada yang sudah 17 tahun dan 25 tahun). Time flies! Yap, mereka adalah sahabat-sahabat saya dimasa SMA.
Jadi, menurut saya, ada beberapa jenis sahabat. Yang pertama yang super lengket, yang sering contact dan curhat all the time. Yang kedua yang keep in touch tapi jarang sekali curhat via email, message, atau telepon karena beberapa alasan tetapi saat bertemu rasanya tidak ada yang berubah, cerita bisa tidak habis-habis, dan kita merasa bebas mengungkapkan apa saja. Nah, kami ini kayaknya tipe yang kedua. Duh, ngumpulinnya susahhhh, tapi sekali ngumpul, it’s always a memorable one.
Mendadak seminggu sebelum Natal, teman saya yang super sibuk dan paling sering ga bisa kumpul padahal dia yang paling bikin suasana greget whatsapp di group mengajak kami untuk Christmas Dinner. Somehow, kami semua bisa dan sepakat aja gitu tanggalnya. Padahal ya, sebelum2nya nih, biasanya akan jadi wacana doang.
Tanggal sudah sepakat, tinggal tempatnya. Tadinya saya nawarin ke arah Bogor (modus banget biar dekat, karena saya doang yang tinggal di pinggir (banget) bogor), ada juga yang minta di Jakarta karena memang kebanyakan kerja di sana. Tetapi jadinya tetep dong ya, di Depok. Hahaha. Ini permintaan khusus 2 orang teman kami yang hamil buesar, yang due date nya mepet, jadi musti stay close ke RS tempat cek mereka kalau2 mendadak kontraksi. Akhirnya kami pilih De Margo Restaurant, di Margo Hotel.

Dress code harusnya putih-jeans, tapi ga seru ya kalo ga ada yang melenceng. Ibu hamil mah dimaklumin deh, stok baju yang muat kan terbatas, tapi ternyata ada Bapak hamil yang ikut2an melenceng dari dress code. Teman saya yang pake baju hitam (laki-laki) itu benar2 yang paling signifikan perubahan ehm..beratnya..(ampun kus).
Begitu bertemu, kami lupa itu tempat umum. Didukung restaurant yang sepi, posisi meja di pojok yang ga ada tetangganya, kami mulai cerita ga habis-habis dan tertawa. Tapi sebagai orang dewasa yang ngerti rasanya terganggu dengan suara berisik di tempat umum, kami mati-matian berusaha supaya volume kami tetap low sampai nutup muka pakai serbet. 😂😂


Lihat dong ya, di atas meja kami itu masih kosong dan hanya terisi kado. Iya, karena kami ada tukar kado, dan hanya bumil dan beberapa emak lapar yang udah pesen karena datang duluan. Kami mengutamakan selfie daripada makan. Begitu kira-kira jadinya. Hahaha. Acara tukar kado berjalan lancar, dan sepertinya pas satu sama lain dapernya.

Saya dapat apa? Dapat hiasan dinding rumah, yang saya aminkan semoga jadi pertanda rencana memperbaiki rumah akan segera terwujud *maksatapiamin.

Tentang makanan? Jujurly nih ya, saya ga notice gimana rasanya karena lebih heboh ngobrol daripada makannya. Jadi maap deh ya kalau ada yang cari rekomendasi makan disini, kayaknya saya harus coba ulang deh rasanya 😁. Tapi selama itu makanan habis sama saya, rasanya pasti cukup enak menurut saya. Hahaha. Kita pesan a la carte gitu, ga ambil buffet, saya pesan ayam taliwang, kebanyakan pesan spagheti (bolognaise maupun carbonara), ada juga tongseng (lupa ayam ato kambing) dan sop buntut.
Pertemuan kami singkat (2 jam saja karena weekdays dan besok harus kerja pagi) tapi sangat berkesan buat kami. Yup, true friends are like stars, sometimes we can’t see them, but we know that they’re always be there.
Oh ya, pertemuan ini juga menyisipkan rindu pada salah satu teman kami, Monce, yang sudah lebih dahulu menjadi “bintang” di surga. Ce, you always be missed. Kami mengenang dengan senyum dan membicarakan betapa baiknya kamu 🙂
Semoga kami akan bisa tetap berteman sampai tua nanti. Amin.