Betul, sehat itu nikmat sekali lho. Saya benar-benar mengamininya selama seminggu ini. Kok baru seminggu ini? biasalah, insaf karena sakit. Hehehehehe. Dimulai dari minggu lalu badan ini mulai nggreges-nggreges ga enak, puncaknya hari Kamis malam dimana bagian tubuh saya sebelah kiri kram dari ujung rambut sampai ujung kaki (literally). Kejadian kram itu memang cuma 30 menit tapi bikin saya kepikiran sepanjang malam tapi coba tenang dan ga heboh.
Hari Jumat saya bangun dengan rasa nyeri di jari kelingking & jari manis sebelah kanan. Lho, semalam yang kram bagian kiri, kenapa yang nyeri sebelah kanan ya. Saya abaikan lah sakitnya dan tetap ngantor seperti biasa. Ndilalah di kantor ada update sistem yang membuat kami para penggunanya harus stand by dan menanyakan jika ada hal-hal aneh yang ditemukan di sistem. Tapi namanya badan ga bisa kompromi, saya ga kuat karena nyerinya makin hebat diikuti migrain sebelah kiri. Saya izin setengah hari dan pulang.
Entahlah, saya kok ga pengen ke dokter ya hari itu, malah dipijit berharap itu hanya otot yang kaku. Selesai di pijit badan saya berasa ‘njarem’ semua. Saya pikir itu biasa kan kalau habis pijit ‘njarem’ sebelum akhirnya feeling better. Saya tidur dengan keyakinan itu, tapi Sabtu paginya badan saya malah sakit semua dan ga bisa bangun dari tempat tidur. Hari minggu saya merasa enakan dan nekat ngajar Sekolah Minggu kelas Batita, garis bawah cetak tebal cetak miring BATITA. Kelas Batita ini modalnya joget-joget, banyak gerak, suara harus lantang, pokoknya menguras energi banget. Tepat selesai bercerita, saya mulai keringat dingin dan terduduk. Kelas diselesaikan oleh rekan saya yang sukarela back up karena tidak tega lihat saya.
Fix ini mah harus ke dokter. Tangan kanan saya makin nyeri dan sekarang ditambah kaki kiri telapaknya nyeri luar biasa. Saya jalan jadi terpincang-pincang. Singkat kata, hari senin saya izin ngantor dan ke dokter. Dokter di so called “excecutive” clinic yang saya datangi hanya pegang-pegang badan saya, dan langsung menyimpulkan saya “Rheumatoid arthritis”. Saya sampe mengajukan permohonan cek darah padahal, dia ngotot ga kasih rujukan. Katanya coba minum obat nyeri dulu selama 10 hari (Iya, SEPULUH HARI) baru kalo ga ada perubahan baru cek darah.
Demi ga mau sotoy, saya pun mengiyakan saran dokter dan pulang. Harapan saya tinggi terhadap obat yang dia kasih. Hasilnya? saya menyerah minum obat itu setelah 3 x, karena nyeri tidak berkurang tapi yang saya rasakan efek sampingnya yaitu sakit kepala hebat dan mau muntah. Sekarang saya sudah harus ngantor sambil menahan sakit di kaki dan tangan. Jadi jalan saya sekarang terpincang-pincang.
Sepertinya saya harus cari second opinion untuk penyakit saya ini. Wish me luck ya friends and stay healthy wherever you are. God bless you all