Pillow Talk

Asik banget ga sih judulnya? Terbayang dong ya ngobrol manis manja di kasur sama pasangan sebelum tidur, romantis pasti. Tapi kali ini pillow talk saya dengan Pak B sama sekali tidak ada romantis-romantisnya karena percakapan kami yang agak diluar kebiasaan. Beginilah kurang lebih percakapan kami beberapa waktu lalu :

P : Bang B (bukan bang becak, bang bakso, dan bang-bang yang lain), kalau aku meninggal duluan, kamu bakal nikah lagi ga?

–hening–
–hening–

P : Ih, denger ga sih pertanyaan aku?
–terdengar helaan nafas, trus saya ditoyor–
B : Ngomong apa sih kamu malem2? Ngelindur ya
P : Gak kok, aku serius
B : Kamu sendiri gimana? Kalo aku meninggal duluan, kamu bakal nikah lagi ga?  (Kebiasaan banget ni orang balik2in omongan)
P : Ga tau, tergantung umur aku waktu itu –> ditoyor lagi sama Pak B
B : Cepet amat jawabnya, kalo aku nggak, aku gak bakal nikah lagi. Cukup bareng B (anak kami) aja.
P : –Speechless, diam2 ngerasa bersalah–

Kenapa sih saya tiba-tiba ngomongin hal ini? Karena beberapa waktu belakangan kesehatan saya kurang baik, sudah ke dokter tapi belum pemeriksaan lebih lanjut. Iya, saya mengalami beberapa pendarahan, di mulut, di bagian bawah tubuh, tiba-tiba berdarah tanpa rasa sakit atau luka. Karena kebanyakan googling dengan gejala seperti saya, saya ketakutan sendiri. Hahaha. Selain itu, beberapa waktu lalu kakak sepupu saya tiba-tiba divonis sakit lupus setelah berbulan-bulan mencari diagnosa karena kondisi yang melemah. Shock dengernya, tapi untungnya dia tetap semangat.

Yap, sebenarnya kematian itu hal yang pasti dalam kehidupan manusia, tapi seringkali kita enggan untuk membahas hal ini. Seperti Pak B yang butuh hening, helaan nafas, dan toyoran buat saya sebelum membicarakan hal ini. Saya pun dulu begitu, terutama 2 bulan setelah papa meninggal. Saya tidak mau membicarakan kematian, takut semua hal-hal yang diluar kebiasaan menjadi pertanda, sampai 2x dirawat dirumah sakit karena psikosomatis kata dokter. Tapi setelah konseling dan membaca buku C.S Lewis ( A grief observed), untungnya saya pulih dan merasa lebih baik.

Nah, tetapi namanya manusia tetaplah takut dengan kata kematian. Karena artinya kita memasuki dimensi baru yang belum pernah kita tau secara pasti sebelumnya seperti apa. Kita hanya mengimani (bagi yang percaya dengan kehidupan setelah kematian) bagaimana kondisinya nanti. Tapi yang pasti, kita akan terpisah selama-lamanya dengan orang-orang yang kita sayang selama di dunia. Apalagi setelah saya menjadi Ibu, hanya membayangkan terpisah dengan buah hati saya rasanya sakit di hati kayak kegores2 pisau. Mungkin hal itu yang membuat kita menaruh kematian jauh-jauh dari percakapan keseharian kita.

Bagaimanapun, ada baiknya kita brain storming tentang hal ini, agar bisa evaluasi cara hidup. Bagi yang percaya dengan kehidupan setelah kematian (saya percaya dan mengimani), tentu kita berpikir bagaimana menyiapkan diri mengahadapinya, bagi yang percaya kematian adalah akhir segalanya, paling tidak kita juga harus berpikir bagaimana kita ingin dikenang didunia ini, apakah kita hidup sia-sia atau tidak.

Duh, bahasannya jadi serius sekali ya..Hehehe..Apa pillow talk terakhirmu? 😉

Diet Kantong Plastik

Iya, saya baca kata-kata ini di kasir mini market yang biasanya selalu sebelahan atau sebrangan sama mini market lainnya bernama al*amart. Udah denger gaungnya beberapa hari ini sih mengenai plastik dari mini market yang tadinya gratis jadi berbayar. Sebagai emak-emak, yang saya pikir pertama kali adalah duh gimana ini buat plastik pelapis tempat sampah yang biasanya dikumpulin dari hasil belanja di mini market atau di -notsomini- market. Etapi abis itu dipikir2 yaudah, saya mah setuju-setuju aja sama kebijakan ini karena lumayan kan buat mengurangi sampah plastik yang konon susah terurai itu. Toh, kalo di mini market harus bayar ya 200 perak per lembar doang bok. Sekarang mah ngasih 200 perak ke pak ogah atau pengamen bisa dilempar balik tuh koin. Padahal saya mah masih demen ngumpulin 200 perak ini.

image

Ada yang bikin saya gatel pengen nulis postingan ini yaitu *lagi-lagi* share viral status seorang bapak (catet : BAPAK2 bukan remaja alay) yang merasa dizalimi dengan kebijakan ini. Di status itu dia bilang dia merasa dizalimi kenapa harus bayar kantong plastik sementara banyak produk-produk lain yang menggunakan plastik tidak dilarang. Dia ambil contoh sabun cuci piring s*nlight yang pake plastik tebal. Trus ujung-ujungnya nyuruh pemerintah urusin aja Sin*rmas yang disebut-sebut jadi dalang pembakaran hutan beberapa waktu lalu daripada bikin kebijakan plastik berbayar.

Dan lebih epic lagi komentar-komentar yang muncul mendukung pernyataan beliau dan membabi buta (babi, maafkan aku yang membuta-butakan kamu) mengkritik pemerintah. Konteksnya bukan plastik lagi tapi udah melebar, memanjang, meninggi kemana-mana. Huhh, lelah saya bacanya, lelah ketawa maksudnya. Huahahahaha.

Ini orang kenapa negative aja sik bawaannya.
Pertama, menurut saya ini sebenarnya gerakan mengajak kita SADAR akan dampak penggunaan plastik yang berlebihan, tapi dia membuatnya seolah-olah ini bentuk ketidakadilan yang super parah yang dilakukan pemerintah yang zalim.

Kedua, itu bapak-bapak protes dan marah-marah ke penjaga mini market yang mana ga punya wewenang buat dia gratisin atau bayar plastik yang diberikan. Jangan-jangan, gara-gara dia ga mau bayar, penjaga mini market itu yang bayarin.

Ketiga, dia mengancam ga mau belanja di indomar*t lagi kalo harus bayar, atuh siapa suruh dia belanja di sana ya, harusnya ya Pak, belanja aja di pasar, ato sekalian nanam di kebun sendiri, bikin minyak sendiri, bikin sabun sendiri, bikin apa2 sendiri biar ga ngerasa di zalimi orang, kan bikin sendiri semua.

Keempat, ni bapak jago banget ngalihin issue, segala sin*rmas dibawa, s*nlight diomongin, minyak goreng diprotes, padahal sebenarnya dia sendiri yang tidak mau berubah dimulai dirinya. Sungguh, saya juga tidak senang jika ada perusahaan2 yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan tidak mau bertanggung jawab terhadapnya (Tidak semua perusahaan begitu ya). Tapi paling tidak saya mau mulai berubah dari diri sendiri. Semoga dengan saya sendiri mengurangi penggunaan plastik, ada dampak positif yang dihasilkan.

Setahu saya, Indonesia juga bukan negara satu-satunya yang ada kebijakan begini, cenderung terlambat malah. Semoga saja, ke depannya pengelolaan sampah dan isu-isu lingkungan bisa ditangani dengan lebih profesional dan niat. Dimulai dari mengurangi plastik.

Dan buat istri si bapak yang marah-marah : Bu, suaminya tolong diajak piknik, rekreasi gitu biar pikirannya fresh sedikit.

Tentang Potong Rambut

Sebagai perempuan yang hanya ke salon untuk potong rambut, tentu saya tidak memiliki banyak pengalaman dengan hair dresser atau pekerja salon lainnya 😄. Dulu sih ada salon langganan di R*dy Had*suw*rno di salah satu mall di bogor. Hair dressernya namanya Mas Boy (a.k.a Hendri). Tapi setelah dia umroh, ntah kenapa dia ga keliatan lagi di salon itu. Saya jadi malas ke salon itu, karena hair dresser yang satunya sungguh mengintimidasi 😂

Ceritanya saya sudah gerah dengan rambut saya yang belum sampai sebahu ini, jadi dengan niat saya potong rambut kemarin. Karena sekalian pulang ke rumah Mama di depok maka saya mencari salon di salah satu mall di depok. Capcipcup, udahlah saya ke J*hnny Andr*an. Karena tidak pernah ke salon tersebut, saya pasrah dipotong sama siapa aja.

Ndilalah, yang potong rambut saya cowok lagi. Namanya Mas Bahar. Awalnya saya ga tau ini mas-mas atau mbas (mas-mas yang ke mbak-mbakan). Takut salah panggil dong ya, karena pengalaman pernah disengeni (diomelin) sama hair dresser cowok di salah satu salon karena manggil dia Mas, rupanya dia maunya dipanggil Jeng atau Seus. Ya envelope. Ternyata Mas Bahar tidak gemulai, dan setelah diperhatikan bajunya gothic serta rambutnya gondrong ala rocker.

Saya seringkali mengalami awkward moment kalau lagi potong rambut. Pada dasarnya saya agak sulit basa-basi panjang dengan orang asing, tapi kebanyakan hair dresser cewek atau mbas is so talkative alias cerewet. Mulai dari basa basi saya kuliah dimana –> bok, boong banget kalau dia ga bisa ngeliat kalau saya ini udah ga ada potongan jadi mahasiswi, atau mulai ngomentarin kondisi rambut saya yang halus –> kelewatan deh kalo boong, dan lama-lama entah apa aja yang diomongin.

Selain itu, hair dresser cewek atau mbas biasanya penampilannya cethhharr dan saya terintimidasi dengan penampilan mereka. Kalau mereka tanya, mau potong model apa akan saya jawab cepat “yang kira-kira cocok aja sama muka saya” karena saya menganggap mereka lebih ngerti karena penampilan mereka cethar. Sayangnya, saya seringnya ngerasa hasil potongan rambutnya sering tidak sesuai muka saya.

Nah, karena kali ini saya dapet mas-mas rocker, saya penasaran bakalan kaya apa momen potong rambut ini. Duile, potong rambut aja rempong bener. Sebelum potong rambut, ofkors dia nanya mau dipotong kaya apa. Setelah saya jawab dengan default saya diatas, dia inisiatif ambil buku model potongan rambut. Lalu dia tunjukkan model-model yang kira-kira cocok untuk saya. Oke poin plus pertama. Dia gak sotoy dengan keinginan saya.

Lalu sepanjang potong rambut, dia sopan karena tidak berusaha mengada-ada dalam cari bahan pembicaraan. Dia menjawab sopan kalau ditanya dan hanya bertanya/memberi input tentang potongan rambut. Oke poin plus kedua. Dia tidak membuat awkward moment karena basa-basi yang tidak perlu.

Dan poin plus terakhir, saya cukup puas dengan hasil potongan rambutnya. Oke, emang ga bikin muka saya jadi mirip Taylor Swift tapi ga aneh lah buat muka saya.

Sekilas percakapan yang saya ingat dengan Mas Bahar :

MB : Potong rambut pendek memang lebih simple dan bikin fresh ya.
P : Lah, kenapa mas gondrong rambutnya?
MB : Karena leher saya panjang, jadi kelihatan kurus kalau rambut saya pendek.
P : Oh.. *laludiamkarenabingungngomongapalagi*
–>lah, ini apa inti percakapannya sik? Ga penting banget<–

Sekian. Ada pengalaman menarikkah soal potong rambut?

Simple Yet Sweet

Pagi ini hujan deras di Bogor, bikin berangkat kerja jadi lebih berat dua kali lipat dibandingkan biasanya. Kalau boleh milih mah, ingin goler-goler di tempat tidur sepanjang pagi yang berhujan, ingin kruntelan bareng B seharian, tapi ingat kerjaan menumpuk jadilah harus dipaksa mengangkat badan dari tempat tidur. Masa adaptasi di kantor saya sekarang cukup menguras emosi dan tenaga saya setahun belakangan, bahkan meskipun telah lewat setahun seringkali tetap muncul perasaan “i’m not belong here”. Dan di pagi hari ini, itulah yang menyerang hati saya yang lemah. Bukannya saya tidak bersyukur masih bisa bekerja di tempat yang baik, tapi ya itu tadi, hati saya lemah.

Dengan menyeret rasa tanggung jawab yang masih tertinggal dalam diri saya, saya pun berangkat ke kantor dengan perasaan sendu. Terlambat pula, karena macet, padahal saya sudah berangkat 20 menit lebih awal. Sigh. (bagaimana?sudah cukup membuat frustasi belum bacanya? :D) Hahaha.. Tapi Tuhan memang baik sekali, dia mengirimkan penghiburan buat saya melalui cara yang tidak terduga.

Jadi pagi ini saya mendapat telepon spesial di kantor dari seseorang yang tak pernah saya pikir akan menelepon saya. Yang menelepon saya pagi ini ke kantor itu salah satu bos saya di perusahaan lama, Pak J namanya. Shock, karena sebenarnya saya tidak pernah dekat dengan Pak J tapi saya memiliki kesan yang sangaaaatttt baikkk sama beliau. Orang yang rendah hati, berusaha mengingat orang secara personally bahkan dengan bawahan yang jauh levelnya di bawah dia seperti saya, beliau juga tenang pembawannya dan religius (bukan sekedar beragama, tapi tidak fanatik). Perlu bertingkat-tingkat lapisan bagi level saya untuk berurusan dengan Pak J ini.

Dia bercerita, kalau salah satu kenalan dia adalah salah seorang supplier yang pernah berhubungan dengan saya, Pak I namanya. Memang entah kenapa waktu itu, kami jadi membahas perusahaan saya kerja dulu dan sampailah pada Pak J. Saya spontan memuji beliau dan ternyata disampaikan oleh Pak I ke Pak J. Beliau menelepon saya hanya untuk bilang “Terima kasih ya atas apresiasi kamu, itu berarti buat saya”. Saat mengetik ini, saya berkaca-kaca lagi. Dia hanya menelepon untuk bilang terima kasih untuk pujian yang memang sangat pantas dia dapatkan, dan saya yakin banyak orang yang juga memuji dia begitu. Tindakan sederhana, tapi sungguh manis dan mengena.

Saya bersyukur beliau menelepon pagi ini, mengingatkan saya tentang penghiburan Tuhan bisa datang dengan cara yang sangat kreatif. Saya juga diingatkan, mungkin seberapa sederhana kebaikan yang kita lakukan dengan tulus bisa mencerahkan hati seseorang yang sedang gelap sekalipun. I’m forever grateful for this morning phone call from Pak J. Semoga Pak J sehat selalu, diberkati keluarganya, dan tetap jadi pribadi tang rendah hati.

She was pretty

Another korean drama series i’ve watched recently titled “She Was Pretty”. It left me nothing but Park Seo-Joon. :mrgreen::mrgreen: Gak ding, saya tetep dapet sesuatu dari film ini, apalagi kalo bukan “Saccharin Overdose”dan juga halusinasi berkepanjangan tentang Park Seo-Joon. Hahaha.. Emak-emak macam apa saya inih?

image
She was pretty

Gambar diambil dari sini

She Was Pretty
Start from the cast. Saya tertarik nonton film ini karena cast-nya itu HJE dan Park Seo Joon (PSJ) yang berperan jadi Oh Ri Jin dan Oh Ri On di kill me, heal me. Alasannya cetek yah, tapi sungguhlah aku penasarannn…karena ga bisa bayangin mereka jadi kekasih setelah dengan sangat ciamik jadi Kakak-Adik. Tapi kayaknya saya harus akui kalau mereka dapet juga chemistry  sebagai kekasih, meskipun saya lebih cinta sama pasangan Ji Sung-HJE (teteuppp), tapi PSJ-HJE juga bikin saya ber “awww, mauuuu”. Lalu mulai berhalusinasi 😆

Setelah cast-nya, yang bikin saya tertarik tentu ceritanya lah yaaa… jadi ceritanya, Kim Hye Jin (diperankan HJE) adalah seorang wanita yang dibilang ga cantik, standar, ga punya duit. *lalusayupsayupterdengar “Ah,Biasaaaa..”* (nuduh). Tapi beneran liat HJE jadi KHJ ini beda banget deh sama aslinya, tapi tetep cantik sih menurut saya mah.. Hye Jin ini dulunya kaya tapi papanya bangkrut, dulunya cantik bingit tapi pubertas mengubah dia jadi ga cantik dan punya teman masa kecil sekaligus cinta pertama bernama Ji Sung Joon (diperankan oleh PSJ).

Singkat kata, setelah 15 tahun berpisah karena JSJ pindah ke Amerika, mereka janjian ketemuanlah karena JSJ balik ke Korea.. awalnya KHJ excited banget mau ketemu JSJ, tapi setelah ngeliat kalo JSJ berubah dari anak gendut berkacamata yang culun jadi super ganteng kayak model dan JSJ salah mengenali orang lain sebagai dirinya, KHJ ngumpet dan ga mau ketemu.

Ndilalah, KHJ malah minta tolong sama housemate sekaligus sahabatnya dari kecil yang kebetulan menemani dia dan cuantikk, Min Ha Ri (diperankan oleh Go Joon-Hee), untuk pretend to be her buat nemuin JSJ. Mereka nyusun rencana untuk bilang ke Sung Joon, kalo Hye Jin (yang dipalsukan oleh Ha Ri) harus pergi ke London segera dalam jangka waktu lama.

Disinilah drama dimulai.. Hye Jin yang pengangguran akhirnya diterima di suatu perusahaan dan tanpa sengaja masuk ke dalam divisi majalah Most. She was extremely happy sampai diperkenalkanlah seorang Wapimred dari Amerika yang sedang tugas di Korea. Yup, tak lain tak bukan adalah Sung Joon. Dengan kata lain Sung Joon ini jadi bossnya Hye Jin.

Tak lupa, seperti di kebanyakan drama Korea, selalu ada second lead male. Iya, second lead male yang bikin galau karena sama gantengnya dan kebanyakan lebih sweet dari lead male-nya. Second lead male di series ini bernama Kim Shin Hyuk (diperankan oleh Choi Si Won). Shin Hyuk ini rekan editor Hye Jin di majalah Most yang easy going, selengean, tapi hebat dalam menulis artikel dan sebenarnya sedikit misterius.

Diawal kerja di Most, Sung Joon selalu menganggap remeh Hye Jin, Hye Jin sering dihina dan dibenci. Penolongnya tentu saja Shin Hyuk dong. Tapi lama kelamaan, Sung Joon ngerasa kalo Hye Jin ini punya banyak kesamaan dengan Hye Jin cinta pertamanya waktu kecil. Sedangkan Hye Jin (yg dipalsukan oleh Ha Ri) yang dia kira cinta pertamanya, malah terasa asing. Ciyeciyee..udah tau kan ujungnya? Arrggghhh..

Meskipun ketebak ujungnya, tapi tetap banyak twist di series ini, Ha Ri yang jatuh cinta beneran sama Sung Joon, trus Shin Hyuk dengan misterinya. Konon katanya, terjadi perbedaan pendapat diantara fans series ini, banyak yang berharap Hye Jin jadinya sama Shin Hyuk *puk puk Sung Joon* tapi saya ga setuju. Kenapa? Karena Si Won di film ini entah kenapa mengingatkan saya pada artis yang dulu suka joged tapi sekarang jadi relijius, C*es*r (maaf untuk penggemar Shin Hyuk, aku jangan dilemparin koin, kasihnya yang lembar merah aja)..Mungkin karena mukanya banyak dibikin konyol kali ya. Saya sampai ditoyor Pak B waktu bilang hal ini, katanya “darimana miripnya sih? Matamu aneh” –> Rupanya dia team Shin Hyuk 😨😨

Yang saya suka dari series ini, ada detail yang kesannya sepele tapi jadi bikin orang relate sama film ini. Contohnya ada episode dimana Hye Jin pilek karena terpaksa ujan-ujanan sama Sung Joon, eh dikantor Sung Joon kasih bawang di mejanya Hye Jin. Bawang dibiarkan tumbuh akarnya dan daunnya juga digambar emoticon wajah di atasnya. Jadi penonton series ini pasti tidak akan melihat bawang dengan cara yang sama, bawang jadi barang romantis

image
Apalagi yang megang bawang mukanya kayak gini, ga kuat adek bang liat senyumnya 🙂

Maaf, ini gambar sumbernya dari instagram PSJ, tapi ga mau link kesana takut pada mupeng liat foto-fotonya..halah..alibi..

Selain itu, saya suka dengan Sung Joon yang memuji Hye Jin cantik dengan wajah aslinya. Ceritanya, Hye Jin ini sempat make over jadi cantik (yang adalah muka asli HJE), tapi di akhir-akhir dia kembali jadi wajah aslinya semula. Hal itu sama sekali tidak masalah buat Sung Joon, karena bagi Sung Joon, Hye Jin cantik dari hatinya *langsungingetdedekcherr*bell*. Juga persahabatan Hye Jin dan Ha Ri, yang kerasa banget tulusnya, saya suka dengan unsur ini. Halah, kenapa jadi banyak sukanya?

Endingnya sampai mereka married dan punya anak, ya secuplik sih..tapi seolah-olah bisa diabetes cuma ngeliat sweetness diantara mereka berdua.

image

She Was Pretty,
She Is Pretty,
She Will always be.

Babbling

Di masa tumbuh kembang anak, ada masa-masa anak babbling atau mulai berbicara tapi masih belum jelas kalau menurut pemahaman awam saya. Idealnya nih..katanya anak seumur B harusnya sudah menguasai 200 kata..Tapi kok ya B kayaknya masih babbling aja sampai sekarang meskipun sudah ada maksud dari bahasa planetnya. Nah lhooo, saya sih santai aja sambil terus berusaha ajarin dia kata-kata baru, tapi kadang-kadang yang genggeus itu ocehan orang yang banding-bandingin B dengan anaknyalah, cucunyalah, anak temennyalah, tetangganyalah, siapalah.. Hahaha..saya mah lambai-lambai ke kamera aja kalau udah mulai dapet komentar begini. Kasih senyum, pura-pura kesurupan 😛

Jujurnya, saya cukup menikmati dan takjub menebak-nebak apa arti ocehan B saat ini. Jadi ingin saya tuliskan supaya ada kenangannya . Inilah list ocehan B saat ini yang paling sering terdengar:

1. Mama –> Ini mah udah jelas artinya, lafalnya, dan maksudnya apa
2. Papa –> Idem deh sama mama jelasnya
3. Inyek –> Nenen (minta menyusu)
4. Cucu –> Susu
5. Naau –> Tidak Mau
6. Cici –> Polisi, ini tadinya bingung apa artinya, tapi kok ya tiap dijalan melihat polisi pasti si cici dipanggil-panggil, barulah kami engeh kalo cici itu artinya Polisi
7. Bis –> Bis, dia pecinta kendaraan besar, jadi tiap liat Bis di jalan langsung deh : Mama, bis, bis
8. Twak –> Truk, ini juga favoritnya
9. Tator –> Bisa traktor, excavator, bulldozer, road roller, pokoknya kendaraan alat berat
10. Ken –> Crane, masih seputar kendaraan besar
11. Wawah –> Sawah, kata ini muncul selama perjalanan ke Yogya
12. Wawat –> Pesawat
13. Topter –> Helikopter
14. Mam –> Makan
15. Mik –> Minum
16. Iya –> Eyang
17. Cis –> Om Chris (Nama adik saya)
18. Pipi –> Pipit, ini kayaknya karena sering dengar eyangnya manggil nama saya
19. Apung –> Oppung
20. Bou –> Bou (sebutan untuk adiknya Pak B)
21. Dedek –> Adik, ini kalau dia melihat bayi-bayi
22. Te –> Oke
23. Jida –> Jidat
24. Yut –> Perut
25. Ngan –> Tangan
26. Tati –> Kaki
27. Tepeda –> Sepeda
28. Totor –> Motor
29. Tuda –> Kuda
30. Buku –> Buku
31. Saki –> Sakit
32. Ndi –> Mandi
33. Ucin –> Kucing
34. Yayam –> Ayam
35. Baco –> Bakso
36. Gajah –> Gajah
37. Bobo –> Tidur
38. Yayan –> Jalan-jalan
39. Abi –> Mobil
40. Baju –> Baju
41. Nana –> Celana

Hmm..apa lagi ya…baru segitu yang terpikirkan..Banyak babbling lain yang sampai saat ini bikin jidat berkerut..Oh ya, dia juga suka sekali bertanya “apa itu, itu apa” sampai bosan jawab dan mati kutu. Hahaha..

Semoga tumbuh kembangmu semakin baik ya nak, gapapa masih babbling yang penting belajar. Love you.

Happy Chinese New Year 2016

Kepada semua teman yang merayakannya : Happy Chinese New Year 2016. May the bundles of joy be with us along this Monkey’s Year. Gong Xi Fat Cai. Ada sebuah fakta yang cukup membuat terkejut tentang Pak B saat kami pacaran dulu, ternyata darah Pak B itu 1/4 darah Tionghoa dan 3/4 darah Batak. Bahkan kata Pak B, Father in law saya tetap melakukan sembahyang hio sampai mereka SMP :):). Makanya setiap imlek, pasti
orang pertama yang saya ucapkan itu FIL saya. Selain itu, teman kantor saya yang juga banyak merayakan imlek. Dan saya yang emang suka dengan perayaan, akan ikut senang setiap imlek tiba.

Karena kami libur dihari ini tapi FIL jauh di Sumatra sana, jadilah kami tidak ada perayaaan apa-apa disini. Tidak mau liburan lewat tapi juga tidak mau keluar uang untuk liburan cantik atau long weekend gateaway (emang dasar pelit), akhirnya saya dan Pak B memutuskan untuk ke KRB a.k.a Kebun Raya Bogor. Pasti yang orang Bogor langsung bilang dalam hati “yaelah malih, ga ada tempat lain buat dikunjungin” (nuduh). Tapi kami tetap senang sepulang dari KRB. B pun happy sekali melihat hijau-hijau dan lahan luas untuk berlarian.

Tadinya kami mau berangkat pagi sekali. Dengan gayanya, saya bilang pada Pak B kalau mau berangkat jam 6 pagi dari rumah. Tapi apa mau dikata, kami bangun jam 6.30. Huahahahaha. Baru bangun lho itu, belom beres-beres, nyuci baju, jemur baju, siapin barang printilan B. Selidik punya selidik, kami kesiangan karena saya begadang nonton drama korea dan Pak B saya gangguin malem-malem karena iseng. Hahaha, alasan yang epic sekali.

Kami siap berangkat di jam 7.30 tentu tanpa mandi dan hanya sikat gigi cuci muka. Perjalanan ke KRB cukup lancar dan kami tiba pukul 7.50 pagi. Karena tanggal merah, kendaraan bermotor tidak boleh masuk ke KRB. Ada beberapa pengunjung yang mengeluh, kalau kami malah happy, karena berarti polusinya berkurang dan si bocil lebih bebas jalan di KRB tanpa sedikit-sedikit nengok ke belakang karena ada mobil lewat.

Setelah parkir lumayan jauh di parkiran RS PMI, kami jalan ke gerbang 4 KRB. Sebenarnya kami berharap gerbang 3 dibuka karena lebih dekat, tapi ternyata ditutup dan kami jalan lumayan jauh. Gerbang 4 KRB ini ada si seberang Hotel Amar*s. Setelah masuk KRB, kami senang sekali ketemu rumput yang masih berembun dan langsung copot sendal dan sepatu buat jalan di atas rumput. B pun kami copot sepatunya, awalnya dia geli kena rumput, tapi lama-lama ga mau pake sepatu lagi saking senangnya.

image
Ihtukan, rumputnya masih basah sama embun. Siapa yang ga girang ngeliat yang beginian cobaa

Tema kami hari itu adalah jalan santai tanpa ambisi. Hahaha. Kami tidak berambisi mengitari seluruh KRB, cuma jalan saja dan lihat sampai mana kami dan B sanggup. Kami tidak pernah bawa stroler kalau jalan-jalan karena anaknya super ga betah di stroler. B hobi jalan kaki, kalau capek ya minta gendong, abis itu gantian orangtuanya yang encok 😀 . Jadi hari itu kami banyak berhenti untuk sekedar menikmati udara dan langit yang pagi itu cerah.

p_20160208_082442_hdr.jpg
Jalan kesana kemari, lari kesana kemari..
p_20160208_083824_hdr.jpg
Kapan lagi ya B, bisa liat rumput seluas ini
p_20160208_084613_hdr.jpg
Ma, liat ma..ada air mancur!
p_20160208_084225_hdr.jpg
Pa, mau nyebur dong Pa
p_20160208_085607_hdr.jpg
Bocil yang doyan jalan kaki
p_20160208_085232_hdr.jpg
wefie alakadarnya
p_20160208_085858_hdr.jpg
Ademmmm banget liatnya… Udaranya semilir, bikin relaks
p_20160208_091016_hdr.jpg
Wefie yang terburu-buru karena banyak yang mau naik jembatan..Hahahaha
p_20160208_091611_hdr.jpg
Segigit aja ya B, nanti mama kurang 😀 (abaikan sepatu saya yang ga proper buat jalan-jalan :D)
p_20160208_083926_hdr.jpg
Dari berdua….
p_20160208_084000_hdr_1.jpg
Jadi bertiga
p_20160208_093550.jpg
Sebelum ada orang lain yang akan menggandeng tanganmu kelak, ingat ya B kalo kami jadi orang yang selalu siap untuk menggandengmu melewati perjalananmu..sekalipun di jalan berbatu seperti ini

Ternyata kesanggupan kami dan B melangkah itu hanya setengah KRB. Tak apa, yang penting hati senang dan riang menjalaninya. Lihat jam sudah lewat dari jam 10. Lumayan juga olahraga santai begini. Merasa sudah cukup puas dan capek, kami memutuskan keluar dari KRB untuk cari makan. Pilihan kami jatuh pada Cafe Taman Koleksi IPB. Cafe ini letaknya dalam komplek Pascasarjana IPB tapi bisa diakses oleh umum. Letaknya tepat di sebelah Botani Square. Jadi, keluar dari KRB kami masih jalan cukup jauh dari gerbang 4 KRB ke Botani Square.

Kami pesan Nasi Goreng Teri (iya, kami berdua pesan menu yang sama), Es Krim Goreng, Lemongrass Ice Tea, dan Lime Lemongrass Honey Ice. Yang jadi highlight di tempat ini menurut saya minumannya. Segar sekali . Kami agak kecewa dengan Es Krim Gorengnya karena es krimnya sedikit sekali, roti salutnya yang tebal. Tapi overall lumayan deh daripada lumanyun.

p_20160208_104847.jpg
Lime Lemongrass Honey Ice punya saya, segarnya mantap.

Tadinya mau leyeh-leyeh agak lama di Cafe tapi kok ya mendadak mendung, hati jadi gelisah mengingat jemuran seabrek yang belum dimasukkin ke tempat “aman”. Berhubung ART kami pulang pergi dan libur jika kami libur, tidak ada yang bisa dititipi jemuran. Kami putuskan untuk segera pulang dan benar saja, sampai di rumah mulai gerimis, untung jemuran masih selamat. Hujan terus berlanjut semakin deras, kami mandi dan ketiduran bertiga sampai sore. Hujan masih berlanjut sampai jam 7 malam. Alhasil, kami hanya bergulung-gulung bertiga saja melewati sisa liburan ini.

Yup, begitulah liburan pelit kami. Tapi kami senang dan puas. Dompet selamat, badan sehat, bocil semangat. Liburan berikutnya kemana lagi yaaa?

Dikurang-kuranginlah..

Apanya yang dikurang-kurangin? Jadi ceritanya tiba-tiba saya mendapat ilham untuk refleksi awal tahun yang udah kelewat sebulan. Apa hal yang jadi refleksi saya di 2015 kemarin dan apa yang ingin saya lakukan di 2016 ini. Ternyata kata kuncinya adalah “dikurang-kurangin”.

  1. Dikurang-kuranginlah borosnya –> ini urgent matter banget. Dengan kondisi perekonomian yang jelas2 sulit tapi saya tetap berharap akan segera berlalu, tentu ini wajib banget untuk dilakukan. Boros apakah? Ternyata pengeluaran saya terbesar tiap bulannya itu adalah makan diluar *tutupmuka*. Pantesan lah berasa bokek mulu, berasa ga cukup mulu, berasa ga punya barang mulu, lah duitnya dicelengin diperut gendut semua. Pokoknya semoga di tahun 2016 ini, perut saya mengecil karena hemat dan tabungan saya menggendut (bukan sebaliknya).
  2. Dikurang-kuranginlah bapernya –> iya, saya ini baper kalo kata anak seangkatan saya sekarang mah (denial sama umur). Semua hal dimasukin ke kantong hati yang ga seberapa luas ini, jadinya sering stress. Saya ini di tahun 2015 itu hobinya ngeluuuuuuuhhhhhh terus sama suami. Tentang inilah, tentang itulah, tentang kamulah, tentang dialah…pokoknya semua dikeluhin karena baper. Semoga di tahun 2016 ini, saya bisa lebih me-manage hati saya, perasaan saya, jadi Hey Stress, stay away from me!
  3. Dikurang-kuranginlah gadgetnya –> saya bukan gadget maniak dan tidak punya gadget keluaran terbaru. Saya cuma punya handphone yang kebetulan katanya smart. Masalahnya adalah i’m too attached with my handphone. Sebenernya ga perlu-perlu amat, ga penting-penting amat tapi kok ya otomatis tangan selalu cari handphone buat dibuka. Sebelum saya dihujat jadi ibu terburuk sedunia karena sering buka handphone waktu lagi sama anak padahal udah kerja di luar seharian, ini penting banget buat segera dilakukan di 2016. Doakan saya yaah..
  4. Dikurang-kuranginlah malasnya –> ini mah sifat buruk saya yang sangat akut dan selalu muncul disetiap refleksi akhir tahun. Beneran, saya itu sering sekali excuse dengan diri sendiri untuk tidak melakukan hal-hal yang sebenarnya penting tapi bisa ditunda. Kalau kerjaan di kantor sih ga pernah saya tunda, tapi kalau tentang kerjaan dirumah, saya juaranya menunda. Menunda belajar masak, menunda membuat home activities buat toddler, menunda beres-beres rumah sebelum saya pening sendiri melihatnya, menunda olah raga rutin, menunda memulai gaya hidup sehat, etc. Semoga 2016 ini saya bisa lebih rajin dan jadi teladan buat anak saya supaya kalau sudah besar, dia jangan susah disuruh seperti saya. Hahahaha. Disclaimer : padahal mama saya orang yang sangat rajin, tapi kenapa eike begini yaaa?
  5. Dikurang-kuranginlah galaknya, dan mulut tajamnya. Saya ini kalau udah kesal bisa jadi galak sekali sama orang yang bikin saya kesal. Untung belum pernah kelepasan dengan si bocil, tapi kalau di kantor, “Rawwrr”. Sebenarnya 2015 ini cukup berkurang jauh dari sebelum-sebelumnya, tapi kalau bisa diminimalisir sampai mendekati nol kayaknya. 😀

Apa lagi yaaaa? hmm, segitu aja udah susah banget kakak di eksekusinya, semoga saya bisa konsisten dengan dikurang-kurangin ini.

02022013

Berhubung masih hangat hangat tai ayam dengan tanggal anniversary kemarin, saya jadi ingin menuliskan ulang bagaimana pernikahan kami. Supaya tidak lupa bagaimana kejadiannya. Jadi anniversary ke-3 kemarin itu sungguh tidak ada romantis-romantisnya, karena kami berdua lupa..iya, LUPA. Saya baru ingat saat buka facebook di jam makan siang, dan facebook mengucapkan happy anniversary (duh, terharu deh sama facebook jadi yang pertama ucapin happy anniversary). Akhirnya saya buat postingan alay romantis dan tag nama Pak B di facebook. Nah, saat di tag itulah, suami saya baru ingat dengan anniversary kami –> lebih parah, pasangan macam apa kamilah ini.

Hahahaha, meskipun akhirnya dia menjemput saya untuk makan keluar berdua, tapi tetap saja bukan romantic dinner. Kami hanya casual dinner di tempat yang sekiranya parkir tidak penuh saat kami tiba. Hahahaha. Tapi entah kenapa, saya malah kangen lihat foto-foto saya waktu nikah dulu saat pulang kerumah. Dan tiba-tiba ingin posting tentang pernikahan di blog ini.

020213

Tunangan

Tanggal 020213 kami pilih sebagai tanggal pernikahan dengan proses terburu-buru dan pertimbangan singkat. Yap, kami menyiapkan pernikahan sejak bulan Juni 2012 dengan mendadak. Saat itu, orang tua Pak B sedang berkunjung ke Jakarta dari Sumatra sana. Saat itu, mereka ingin ke rumah saya pertama kali untuk kenalan biasa dengan mama saya (Papa baru meninggal di bulan April 2012). Kami tidak ada ekspektasi apa-apa, karena memang baru pertama kali kenalan nih kedua orang tua. Ndilalah, keluarga besar saya salah menanggapi. Eyang kakung (Om-nya mama saya) sampai ikut datang menyambut, saya serta keluarga Pak B shock saat tiba (kami berangkat bersama dari Bogor, karena saat itu saya kos di Bogor).

Singkat kata, Eyang kakung saya menantang kapan akan melamar (apaan sih iniii?) dan calon bapak mertua (saat itu) menyanggupi untuk datang melamar minggu depannya. Saya dan Pak B shock bukan kepalang, bukannya tidak mau menikah tapi kami pikir masih akan terjadi 2 tahun lagi. Sudah tidak bisa mundur lagi, seminggu itu kami ngebut beli cincin untuk tanda pengikat. Cincin ini juga yang kami pakai sebagai cincin nikah, maklum saja, dana terbatas.

1865_4554129617773_749740744_n
ini cincin yang mendadak kami cari itu

Minggu depannya, Pak B datang dengan keluarga besar mereka yang di Jakarta untuk melamar. Tapi entah karena kami shock atau sedikit oon lugu, kami belum rembukin berdua tanggal berapa kita ingin menikah. Jadi langsung ditodong, dan Pak B sendiri yang dengan gelagapan menunjuk tanggal 2 Februari 2013. Saat saya tanya alasannya, itu waktu yang cukup untuk persiapan tapi tidak terlalu lama juga, selain itu, itu tanggal muda jadi tidak memberatkan tamu yang datang kasih angpao. Huahahahaha. Toyor manja Pak B.

Jadilah kami mempersiapkan diri untuk pernikahan di tanggal  2 Februari 2013.

Persiapan Pernikahan

Dengan waktu yang singkat dan tabungan yang belum terisi banyak, kami bersyukur selama persiapan ini dibantu banyak oleh teman-teman kami sendiri. Mulai dari baju yang di desain dan dicarikan bahannya oleh L (teman gereja), dijahit oleh penjahit langganannya yang kasih harga super murah untuk baju nikah. Undangan juga didesain oleh L dan dicetak oleh Mas M (ini juga teman gereja) dengan harga “teman” meskipun kami tidak meminta harga “teman”. Kami tahu, orang bekerja itu harus dihargai sepantasanya, tapi untunglah dia bilang memang ingin bantu karena dia ikut bahagia buat saya.

Urusan administrasi yang ribet (kami tinggal di bogor tapi ingin diberkati di gereja saya di Depok) kami dibantu oleh Om S yang juga teman gereja kami. Beliau ini majelis di gereja, jadi administrasi ke walikota dan gereja beliau yang handle semua. Foto pre-wedding pun gratisan. Lokasi & properti dibantu L, fotografer & transportasi olej J & I (semua temen gereja), dannn..mereka ditraktir makan ga mau, dibayarin bensin juga ga mau. Ini mah, kami jadi keenakan banget ya.

Ini beberapa hasil pre-wedding kami yang no concept dan gratisan. Saya sukaa…

Urusan test food di bantu oleh bude saya termasuk administrasi dengan pihak hotel tempat kami mengadakan resepsi. Singer pernikahan kami itu juga vocal group sahabat-sahabat saya (VG Agape) dari SMA yang rela latihan malam-malam dan meluangkan waktu untuk persiapan nikah kami. Untuk organis, kami meminta teman persekutuan kami yang bela-belain latihan meskipun sedang diare. Terima kasih Bang R & Agape

544185_4540676401451_1574456628_n.jpg
Ki-Ka : MO+IR, I, MA, N, E, D, L. Ini VG Agape dan sahabat saya saat SMA (IR, N). The most heartbreaking to look this photo is MO a.k.a Monce, my dearest friend is no longer around us. He passed away on 16/4/2015. No words can describe our loss. Esp for IR, they plan to marry in Sept 2015,  But God has another plan for them. My heart still ache when i write this caption.

Sedikit cerita tentang Monce seperti yang sudah disebutkan di caption, dia itu teman yang sangat baik, care, humoris, salah satu orang paling tulus yang pernah saya kenal. Waktu dapat kabar duka tentang dia, saya pikir yang meninggal itu orang tua Monce dan rasanya kaget bukan kepalang waktu baca ulang whatsapp dari teman saya. Saya tidak konsen di kantor, segera ke toilet untuk menangis. Kalau dikasih kesempatan terakhir untuk bicara dengan Monce saya ingin bilang :

“Hai Ce, makasih ya sudah jadi teman yang sangat baik selama ini. Kita jarang bertukar kabar, tapi di setiap kondisi penting, lo selalu siap menemani teman-teman lo yang butuh dukungan. Waktu bokap gue meninggal, waktu gw mau merit. Semua kebaikan lo bakal gw ceritain sama anak-anak gw nantinya. Gw mo cerita, klo mama papanya punya teman yang sangat baik bernama Om Monce yang duluan dipanggil Tuhan. Karena mama rasa, surga merindukan suara Om Monce yang indah dan humornya yang menghibur. Rest in peace, Ce”

Terlepas dari semua bantuan teknis dari teman dan keluarga saya, saya juga sangat bersyukur untuk setiap perhatian, doa, dan kasih sayang mereka selama persiapan pernikahan. Rasanya tidak ternilai memiliki kerabat seperti mereka. Membuat saya mengharu biru.

Pemberkatan

Setelah persiapan yang menguras pikiran, tenaga, dan tabungan, kami tiba di 020213. Seperti biasa, pengantin wanita harus siap-siap dari subuh untuk didandani. Setelah semalaman tidak bisa tidur, saya tetap bisa bangun dengan segar ga pake ngantuk. Mungkin efek adrenalin yang terpacu karena mau jadi istri orang. Hahahaha. Yang saya ingat betul, L datang subuh-subuh ke hotel tempat saya menginap untuk masangin korset saya. Yup, karena dia yang paling mengikuti proses pembuatan baju saya, dia tahu kalo saya semakin menggemuk di hari H *tutupmuka* jadi pake korset harus yang udah paham banget deh..Waktu fitting terakhir saja, yang bantu pake korset itu L, Bude SP (ibunya L), dan Mas I (penjahit baju pengantin saya), hahahaha.. parah banget ya..

485048_4540674641407_82757480_n
Lagi didandanin sama Bu Ketut. Saya overall puas sama make up artist saya ini, makeup-nya ga pecah meski dipakai seharian. Terima kasih Bu Ketut 🙂

Tidak ada acara jemput-jemputan pengantin karena kita hanya terpisah satu kamar hotel. Jadi kita berangkat bareng ke gerja dengan mobil pengantin. Sampai di gereja, saya penasaran dengan dekorasi yang semalaman dikerjakan oleh teman-teman pengasuh sekolah minggu. Huhuhu, aku terharu..makasih banyak ya Mbak Y, L, dan semua yang membantu.

306184_4540681961590_1175948192_n.jpg
Ini bunga dekorasi di pinggir kursi jemaat. I love it so much.

Sebelum pemberkatan, kami catatan sipil dulu demi meringkas waktu. Tadinya saya takut petugas catatan sipil saya terlambat, tapi ternyata Om S sudah sigap dengan menjemput pagi-pagi sekali. Maka acara pencatatan sipil kami berjalan lancar.

426562_4540670201296_1237060084_n
Entah kenapa Pak B pucat sekali seperti vampir, tapi kenapa ga kaya edward cullen ya? Haha.. Ki-Ka : Om S, Pak Catatn Sipil, Kami, Kak F + Kak M sebagai saksi

Kelar catatan sipil, maka pemberkatan dimulailah. Saya ingat lagu pengiring untuk masuk ke ruang ibadah itu Household of Faith :

Here we are at the start committing to each other
By His word and from our hearts
We will be a family in a house that will be a home
And with faith we’ll build it strong

Chorus:
We’ll build a household of faith
That together we can make
And when the strong winds blow it won’t fall down
As one in Him we’ll grow and the whole world will know
We are a household of faith

Now to be a family we’ve got to love each other
At any cost unselfishly
And our home must be a place that fully abounds with grace
A reflection of His face


Ini menjadi doa kami bagi pernikahan kami. Semoga rumah tangga yang kami bangun menjadi Household of Faith.

208513_4554130897805_235475396_n
Saat diberkati menjadi sepasang suami istri
313348_4554130537796_167793974_n
“Cincin ini sebagai lambang cinta kasihku padamu yang todak memiliki akhir”
482600_4554129857779_51733296_n
Yes, we do
563501_4554123977632_1667572355_n
Saat Pak Pendeta memberi wejangan pernikahan
563506_4554132977857_162985087_n
Cium..ciumm..ciumm…hahaha
625600_4554136097935_6931462_n
Sehabis sungkem, masih berasa sedih.. Apalgi Papa tidak sempat menyaksikan

This slideshow requires JavaScript.

601087_4540667681233_1512013746_n
Kami dan Keluarga Besar Pak B
6567_4540664601156_2038024732_n
Kami dan Keluarga Besar Saya

Resepsi

Kami mengadakan resepsi di hotel yang tidak jauh dari gereja supaya tidak macet dan cepat kelar. Hahaha. Budget juga sik akhirnya yang menentukan. Kami resepsi di Hotel Bumi Wiyata, tapi untuk undangan yang 300 orang saja karena akan ada pesta adat di sumatra sana, jadi harus irit sana-sini. Hahaha. Selanjutnya biar foto yang bicara. Hahaha

598966_4555315967431_1316821473_n
Masuk Ruang Resepsi. Bu Ketut cantik banget Bu..*salahfokus*

 

644305_4555379849028_1576596985_n
With Agape & N, Pak B, kenapa merem cobaaaa
45419_4555413649873_1092122260_n
Dengan penerima tamu saya yang cantik-cantik. Ini Kenapa cantikan mereka daripada pengantin yakkk?
481874_4555407449718_1848461761_n.jpg
Bersama Bapak-Ibu wilayah saya yang rela hati jadi panitia dadakan untuk resepsi ini. Love you all.
65541_4555368528745_508989771_n
Teman kantor Pak B
576293_4555362568596_409458442_n
Teman kantor saya yang dulu
429615_4555424450143_185464293_n
Kami dan my in laws
574955_4555387369216_497538232_n
Kami, mama dan adik saya

Waw..ini jadi postingan terpanjang saya. Semoga ini bisa jadi kenangan bagi kami di masa depan. Mengingat betapa Tuhan baik menyertai kami dari awal kami memulai rumah tangga ini, bahkan jauh sebelumnya. Semoga doa menjadi household of faith dapat mengarahkan kemana kami mengayuh pernikahan ini.

Love,

P

 

Tiga Tahun

208513_4554130897805_235475396_n
Tiga tahun yang lalu saat diberkati menjadi suami istri

Dear Pak B,

Sudah tiga tahun dan baru tiga tahun kita dipersatukan dalam pernikahan

Aku bersyukur untuk tiga tahun ini, untuk setiap perdebatan, pertengkaran, kejengkelan, perhatian, cerita hidup, kasih sayang, dukungan, kesulitan, kemudahan, dukacita, sukacita yang kita bagi bersama.

Terima kasih masih tetap di sampingku dalam setiap kondisi.

Aku bersyukur, Tuhan menjodohkanku denganmu yang pastinya terbaik bagiku dan bagimu sekalipun kita juga tidak sempurna satu sama lain.

Aku bersyukur untuk setiap jari tanganmu yang mengisi rongga diantara jari tanganku, berpegangan di segala situasi

Aku bersyukur untuk kesediaanmu berbagi beban mengasuh B disaat aku terlalu egois dengan diriku

Aku bersyukur untuk keberadaanmu

Selamat tiga tahun

Selamat menyongsong selamanya bersama