It’s 2019 Already!

“Wagelasih..” itu adalah ungkapan keterkejutan saya saat tanggal 31 Desember 2018 kemarin. Wagelasih tahun 2018 itu kayak terbang begitu saja, eh tahu-tahu sudah mau tahun baruan. Kata orang, kalau kita bersenang-senang maka waktu tidak akan terasa berjalannya. Tetapi rasanya bukan itu kasusnya di saya. Hahaha. Ya saya bersyukur masih diberikan waktu untuk melewatkan masa 2018 dan ganti kalendar 2019 bersama orang-orang yang berarti buat saya, tetapi rasanya tidak tepat tahun 2018 disebut tahun bersenang-senang. Mungkin lebih tepatnya tergerus rutinitas yang menjadikan 2018 tahu-tahu sudah sampai di ujung.

Memasuki tahun 2019, perasaan saya tidak karuan. Ada beberapa kekhawatiran yang masih belum ada titik terang bagi saya. Membuat saya sedikit takut menginjakkan kaki di tahun 2019. Sampai pada pillow talk saya bersama Pak Suami semalam. Entah kenapa kami tidak membahas resolusi apapun di 2019, tetapi kami malah membicarakan hal yang “penting-tak penting”.

Kami membicarakan bahwa jika tahun berganti itu artinya usia kami semakin banyak bilangannya. Dan pembicaraan itu mulai meluas pada orang tua kami yang berarti juga semakin menua. Malam tahun baruan kemarin, pulang ibadah saya langsung tertidur saking lelahnya, tetapi Pak Suami sempat video call dengan mertua saya di rumah. Di adat Pak Suami, biasanya malam tahun baruan akan dihabiskan dengan berkumpul bersama keluarga lalu dilanjutkan wejangan-wejangan (mandokhata). Berhubung kami tidak pulkam ke Sumatra dan semua saudara yang dituakan pulkam, jadilah kami seperti tidak mempunyai keluarga (hiks..).

Pak Suami cerita mereka berdoa bersama via video call dan disana dia tersadar sekali kalau orang tua kami itu kok semakin menua kelihatannya. Mulai dari perubahan fisik, dan juga nada bicara. Padahal terakhir kami ketemu, masih kelihatan jauh lebih muda dan itu baru beberapa bulan yang lalu. Menua memang tidak bisa dihindari dan kesadaran akan hal itu kadang-kadang menakutkan.

Menua itu bukan sekedar perubahan fisik yang terjadi, tetapi perubahan dunia di sekitarmu. Sepanjang ingatan kita, orang tua adalah sosok yang superior, kuat dan hebat tetapi sekarang terlihat (tetap) superior, tidak sekuat dulu, dan (tetap) hebat. Perubahan juga terjadi pada lingkaran pertemanan  dan juga lingkungan kerja pun akan terus bergerak dinamis yang sampai rasa-rasanya bikin ngos-ngosan untuk diikuti.

Ini kenapa pillow talknya malah bikin tambah ga karuan perasaan yak. Hahaha.

Tetapi, pillow talk ini ditutup dengan perkataan Pak Suami yang bikin saya bisa tertidur

“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi bahkan semenit kemudian pada diri kita. Tapi kita punya jaminan. Tuhan yang memimpin kita selama tahun-tahun yang lalu adalah Tuhan yang sama yang akan memimpin kita pada masa mendatang, bahkan sampai kesudahannya”

Selamat menyambut 2019.

Harapan saya tahun 2019 pilpres akan berjalan damai. Hahaha. (ini bikin stres juga nih).

Hanya Rindu

Terkadang secara acak, dia muncul dalam tidurku.

Dimana aku berharap dunia mimpi adalah dunia yang nyata.

kata Dilan, rindu itu berat

tapi kataku, rinduku padanya rasa-rasanya tak tertanggungkan.

selamat hari Ayah, Papa..meskipun sudah lewat beberapa hari.

aku sungguh merindukanmu hari ini

bahkan marahmu pun aku rindu.

love, sulungmu

i miss you dad

Foto Nostalgia

Bersama mama, beberapa puluh tahun yang lalu

Ya..foto ini kuunggah di platform IGku kemarin. Komentarnya ada yang bilang aku mirip banget sama mama, ada yang bilang “udah keliatan pipit banget” dan ada yang bilang mama cantik (tapi kenapa aku ga dibilang cantekkk? 🤣)

Sedangkan komentarku sendiri waktu lihat foto ini “wah, mama seumuranku nih di foto ini”. Awalnya sebatas itu yang kulihat, lalu mulai menekuni foto nostalgia ini. Observasi pertama kudapatkan yaitu kenapa mama bisa kurus waktu seumuranku meskipun juga sudah melahirkan. Kenapa Ma? Kenapaaaa? Hahaha. Aku menyalahkan bertambahnya usia mempengaruhi metabolismeku yang membuatku jadi chubby menggemparkan begini. Tapi kenapa mama bisa tetap ramping di usia yang sama denganku saat ini. Ternyata si metabolisme memang mempengaruhi, tapi pola makanku yang gragaslah jadi sebab utama aku jadi chubby begini 😰

Observasi kedua yang menarik mata yaitu  “yaampun, gw kecil banget duluuuuu”. Rasanya untuk bayi seumuran, aku tergolong kelewat mungil. Ini sedikit menghibur hati kalau ada yang bilang bri terlihat kurusan (meskipun dia lumayan tinggi). Kalau dulu aku yang semungil itu bisa bertumbuh begini, bri juga bisa kalau diberi makan yang teratur 🤣😂

Observasi ketiga yaitu rumah yang menjadi background dari foto itu. Rasanya itu adalah rumah pakdeku dulu. Melihat rumah itu, aku dibanjiri kenangan masa kecil. Teringat dulu bersama sepupu2 bermain bersama, berantem, baikan, jajan ke warung, gelar kolam renang plastik di halaman itu, dan seterusnya. Aku jadi rinduuuu…sekarang bri rasanya kurang mengalami hal itu karena sepupunya rumahnya tidak dekat dan macet. Mamake dan bapake gempor kalau sering2 berkunjung 😅

Tapi di akhir observasiku, ada sebuah kesadaran yang tiba-tiba mengendap di pikiranku. Dulu waktu mama difoto, apa sudah membayangkan dia akan menua dan tiba pada fase dia akan menjadi eyang? Lalu aku pun bilang sama diriku. Suatu saat, kamu akan menjadi seperti mama saat ini jika diberi umur panjang.

Menua itu pasti. Tidak bisa dihindari. Maka aku harus mulai berkawan dengan waktu, agar bisa jadi teman seperjalanan yang baik. Semoga.

Driver Ojol

Saat ini, bisa dibilang ojol alias ojek online jadi kebutuhan “primer” untuk orang2 mager atau orang2 mengejar waktu di tengah kemacetan (lambai-lambai sama mampang dan pancoran). Tak terkecuali saya.

Pulang pergi ke kantor pasti naik ojol untuk menghubungkan stasiun dengan kantor. Kalau mau irit sih kadang naik “tayo” (baca: kopaja), cuma naik tayo ini bikin esmosai. Kalau penuh jalannya ugal2an, kalau kosong jalannya kayak lomba jalan paling lambat sama kura2. Belom lagi drama ngetem, dan asap rokok yang dengan bebas dikepulkan di depan muka 🤣.

Selain itu, seringkali mengandalkan ojol untuk kirim mengirim barang atau membeli makan. Pokoknya, ojol for lyfe gitulah. Tentu saja ojol ini ada pengemudinya, yang biasa disebut driver ojol. Banyak sekali drama tentang driver ojol ini beredar di sosmed, mulai dari yang menyenangkan, menyebalkan, mengharukan, sampai bikin pening kepala. Tak terkecuali saya.

Dari sekian banyak driver ojol yang pernah saya temui, ada beberapa driver yang tak terlupa. Karena menyenangkan maupun menyebalkan.

Driver Menyebalkan

Saya pernah dapat mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan dengan driver ojol yang mengirim barang. Bukan saya yang memesan, tapi berkaitan dengan pekerjaan saya. Jadi ada salah satu staf yang mengirim barang pada customer menggunakan aplikasi ojol (sebut saja hosend same day). Ternyata barang tidak dikirimkan sampai malam dan keesokan harinya juga. Driver tidak bisa dihubungi dan customer komplain. Akhirnya kita telepon customer service sampai akhirnya driver tersebut bisa dihubungi dan menghubungi kita.

Dalam kondisi kzl, driver sempat bercanda yang tidak lucu. Dia bilang “Mbak, tadinya udah saya mau jual aja barangnya. Tapi saya tawarin ke tetangga 50ribu, tidak ada yang mau, hehehe”.

Murka dong staf saya, itu barang harga 500ribu mau dia tawarin 50ribu. Kurang haseummmm. Niatnya sudah tidak baik. Diomel2in malah ngeles, bilang bercanda. Untung berakhir baik dengan itu barang sampai di customer dengan selamat.

Tapi kita kezel abis, jadi kasih bintang 1 untuk driver tersebut diiringi komplain. Kalau mau kerja yang bener pak, kita sama2 butuh uang, kalau kita ketumpuan nombok gimana, belum lagi image di mata customer jadi jelek. Kzl aku tuh.

Driver Menyenangkan

Kalau ini sih buanyaaak ya..yang menyenangkan. Rata-rata baik-baik saja sih sama driver. Tapi ada satu yang sangat berkesan. Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan driver yang tuna rungu. Dia menjelaskan di chat sebelum jemput saya, bertanya apakah saya keberatan. Tentu saja saya tidak keberatan.

Beliau sepanjang jalan sangat berhati-hati, tapi tetap cepat. Satu hal yang saya pikirkan, bagaimana rasanya di jalan tapi tidak bisa dengar klakson, mungkin itu sebabnya dia sangat hati-hati. Saya sekilas browsing bagaimana cara bahasa isyarat terima kasih untuk disampaikan ketika tiba di tujuan.

Akhirnya kami pun tiba ditujuan, setelah mengembalikan helm, saya mencoba menyampaikan terima kasih dengan bahasa isyarat. Raut wajahnya tidak bisa saya lupakan sampai sekarang saat saya sampaikan terima kasih. Berubah drastis dari kelelahan menjadi sangat cerah. Dengan bahasa isyarat pula, dia sampaikan “sama-sama”.

Huhuhu.. aku terharu.. beban yang sedang kurasakan berat hari itu langsung terasa tidak ada apa2nya. Terima kasih ya Pak, senyum Anda saat itu sungguh menghangatkan hati.

Ada yang punya cerita tentang driver ojol?

A Poem A Day

Ada drama korea yang baru-baru ini saya tonton. Judulnya A Poem A Day. Ceritanya ringan (oh plis jangan cari sinopsis di sini karena yang punya blog ga bisa nulis sinopsis 😅). Di setiap episodenya ada puisi yang dibacakan sebagai latar belakang situasi (meskipun kedengarannya membosankan, buat saya sih nggak 😄). Ada satu puisi yang paling ngena buat saya di episode 15 (yang lain ada juga yang ngena sih, tapi ini yang bikin aku obral air mata). Jadi pengen bagiin puisi ini di blog (terjemahan bahasa inggris, karena saya ga ngerti bahasa korea). Preambulenya panjang amat malih..langsung aja puisinya :

I Thought It Was Okay For Mothers To Do That (By Shim Soon Deok)

I thought it was okay for mothers to do that, even if she works herself to death on the farm fields.

I thought it was okay for mothers to do that, even if she sits on the furnace and eats a cold bowl of rice for lunch.

I thought it was okay for mothers to do that, even if she does laundry with her bare hands and cold water on a winter day.

I thought it was okay for mothers to do that, “I’m full. I’m not hungry.” even if she starves while feeding her family.

I thought it was okay for mothers to do that, even if her heels are so worn out that they make noises in her blanket.

I thought it was okay for mothers to do that, even if her fingernails are so worn out that they can’t even be clipped.

I thought it was okay for mothers to do that, even if father’s anger and our rebellion don’t faze her.

I thought it was okay for mothers to do that,“I miss your grandmother; I miss your grandmother.” I thought those were just complaints.
She woke up in the middle of the night and cried in silence.
When I saw that…

Ah, it was not okay for mothers to do that.

#

Ada beberapa hal yang mungkin tidak ibu saya atau saya alami seperti bekerja di ladang, mencuci di musim dingin (musim hujan iya), atau duduk dekat perapian, tapi entah kenapa saya merasa relatable dengan puisi ini. Aneh ya.

Aku si peniru

Aku si peniru yang ulung. Namaku anakmu.

Ketika kamu berteriak saat menyuruh sesuatu, aku meniru dengan berteriak ketika meminta sesuatu.

Ketika kamu tidak sabaran menunggu antrian minimarket, aku meniru dengan menyerobot giliran temanku saat bermain.

Ketika kamu bersumpah serapah di jalan raya, aku meniru kata-kata sumpah serapah sambil cekikikan karena tidak tahu apa artinya.

Ketika kamu semalaman sibuk dengan handphone saat aku ingin bermain denganmu, aku meniru dengan merengek-rengek minta diputarkan y*utube saat kamu ingin bermain denganku.

Ketika kamu menasihatiku dengan hal-hal bijaksana, maka aku mengingat dan menirukan nasihatmu saat kamu lupa melakukannya.

Ketika kamu meminta maaf untuk kesalahanmu padaku, maka aku meniru untuk meminta maaf saat aku tahu kalau aku salah, tapi maafkan aku karena seringkali aku belum tahu kalau yang kulakukan itu salah.

Ketika kamu memaafkanku saat aku melakukan kesalahan, maka aku juga berkata memaafkan kalau kamu minta maaf, meskipun aku masih kesal dengan omelanmu.

Ketika kamu mengajak aku berdoa setiap hari, maka aku akan mengingat dan meniru dengan berdoa sendiri meskipun saat aku mau tidur kamu belum sampai di rumah karena kereta gangguan saat pulang kerja.

Aku si peniru ulung. Sebelum aku bisa menganalisa sendiri bagaimana harus bersikap, aku hanya meniru dari apa yang kamu atau sekitarku lakukan.

Aku si peniru ulung.

 

Remah-remah ramah

Seringkali kita ada pada situasi harus beramah tamah dengan orang lain. Apalagi sepertinya di Indonesia, ramah tamah ini kayak sudah jadi keharusan (meskipun sekarang banyak yang juga yang tidak ramah, tapi marah marah 😁).

Beberapa kali saya jumpai dalam beramah tamah ini berubah menjadi kecanggungan karena salah pilih topik pembicaraan atau alasan-alasan lainnya.

1. Salah panggilan

Di suatu malam yang gelap (yha..kalo terang bukan malam keleusss), saya dan pak b ngopi di warung langganan. Baristanya kebetulan masih lebih muda dari kami dan beberapa kali berinteraksi dengan kami. Malam itu, kami juga memesan makanan pendamping kopi tapi kok ga dateng2. Lebih lama dari waktu biasanya. Maka pak b nanya ke barista (disana barista merangkap kasir), ternyata ada masalah di dapur sehingga menghambat datangnya makanan ke atas meja kami.

Mana roti bakar gurihkuu?

Sebagai permintaan maaf, mereka kasih kami dua buah roti manis dengan sebuah ramah tamah

“Maaf ya, kami lebih lama dari biasanya. Kami ga enak, apalagi Om dan Tante sudah sering kesini”

Saya, yang tadinya nyengir ngeliat roti gratis, berubah mood mendengar panggilan si barista sama saya. tante. Tante. TAnte. TANte. TANTe. TANTE !

No..no..no..i’m not that old

Yaelah Bang, paling kita beda 5 tahun, ngapa dah situ manggil sini Tante? Why? *insecuredetected*.

Pak B nahan ketawa dan mencoba menghibur dengan alasan aneh “mungkin dia ngeliat kepalaku udah botak, makanya dipanggil Om. Masak aku dipanggil Om, kamu dipanggil Kakak” 🤣🤣

2. Gara-gara perasaan “ga enak”

Ini sih kejadiannya saya sebagai pengamat. Saya melihat kejadian ini di commuter line. Alkisah di commuter line Bogor-Jakarta pada jam berangkat kerja dimana tempat duduk adalah hal yang sangat berharga dan langka (apabila tidak naik dari Stasiun Bogor), tersebutlah seorang bapak baik hati yang menawarkan tempat duduknya pada ibu yang berdiri di depannya.

Tidak seperti normalnya penumpang yang ditawari tempat duduk, si ibu malah mengoper penawaran pada mbak-mbak di sebelahnya. Dan herannya si mbak-mbak juga kelihatan ga enak sama ibu-ibu ini. Akhirnya mereka berdua saling berdebat siapa yang harus duduk.

Penumpang lain gemas pengen ngambil tempat duduk nganggur, tapi jaraknya susah ditembus karena kepadatan di commuter line. Akhirnya si bapak tadi duduk lagi dan langsung ambil pose tidur.

Si Ibu dan si mbak gigit jari. Oh ya, ternyata si Ibu dan si Mbak ini masih jauh turunnya. Haha. Dan semakin lama kereta semakin padat. Si Bapak tidak melek2 lagi sampai stasiun tujuan dia. Mungkin dia keki sama si Ibu 😂.

3. Basbasbus

Basa basi busuk. Gitu kepanjangannya. Ini sih kerap terjadi di dalam segala kesempatan yang mengharuskan ramah tamah menjadi bagian di dalamnya. Misalnya arisan keluarga, kondangan, dan reuni.

Namanya juga busuk, berarti ini tidak baik untuk kesehatan. Makanan busuk bisa mengganggu kesehatan pencernaan, basbas busuk bisa mengganggu kesehatan pertemanan dan kekeluargaan.

Yah, tipikal pertanyaan tentang hal pribadi yang dilontarkan bukan karena peduli tetapi sebatas kepo atau bahkan ya pemecah keheningan. Seperti pertanyaan kapan nikah, kapan punya anak, kapan nambah anak, sekarang lagi isi ya, eh kok gemukan, eh kok kurusan, eh kok..eh kok.. eh kok kepo yaaaa? 😏

4. Kamu Tak Peka!

Beberapa bulan lalu, sepupu saya kehilangan anak setelah sang buah hati dipanggil Pencipta sebelum sempat bertukar tatapan dengan dunia. It was a great loss for us, especially for her. Jujur, saya amat berduka mendengar kabar itu.

Seminggu kemudian, sepupu saya mengadakan tahlilan untuk alm. putrinya. Kami pun bertukar cerita sebelum acara dimulai. Dia sungguh Ibu yang kuat, tetapi tentu masih hancur hati. Dia curhat ada beberapa orang yang coba beramah tamah dan memberi ucapan belasungkawa tetapi dari obrolannya menyudutkan si ibu. Kenapa bisa begitu, kenapa begini, seharusnya begini begitu, kamu sih tidak begini begitu, dst. Dia sempat sangat down dan menyalahkan diri sendiri karena hal ini. 

Ku cuma bisa urut dada mendengarnya. Mungkin maksud mereka baik (atau tidak), mungkin mereka belum pernah ditinggal pergi orang terdekat, atau mungkin ya lagi-lagi hanya mencari bahan pembicaraan. Tapi please, kalau ada orang berduka, cukuplah ucapkan belasungkawa, atau didengarkan kesedihannya, tapi jangan bumbui dengan pertanyaan macam begitu. Jangan hakimi, jangan tanya soal firasat, jangan tanya kronologi. Karena sudah cukup berat kondisinya. Kalau mereka mau cerita hal-hal tersebut, mereka akan cerita sendiri kok 😔.

5. Salah Sikon

Suatu hari, berkumpulah segerombolan orang yang berteman tapi sudah lama tak bersua. Saking lamanya, ada beberapa hal yang tidak terupdate. Ada salah seorang yang datang terlambat. Begitu sampai langsung mencoba beramah tamah

“Ehhh..pakabar nek? Gimana lo sama si itu? Jadi kan merit tahun depan?”

Krik..krik..padahal sebelum dia datang, si teman yang ditanya barusan curhat kalau dia udah pisah sama ‘si itu’ dan masih sedih sedihnya 🙈

Akhirnya si telat di whatsapp sama salah seorang teman dan dia langsung canggung meminta maaf..hehe..untung tidak terjadi drama lebih lanjut.

Itu sih remah-remah ramah yang bikin canggung yang pernah saya alami atau saksikan atau dengarkan. Ada lagikah?


Saya tahu saya stress kalau…

Ga ada ide mau nulis apa, tetapi tiba-tiba kepikiran tentang ini. Sebagai orang yang mudah stres, saya merasa wajib mengenali gejalanya pada diri saya sejak dini supaya tidak berkelanjutan. Karena kalau berkelanjutan, efeknya panjang rek..semacam cerita sinetron yang episodenya bisa beratus-ratus.

Mungkin gejalanya pada tiap orang berbeda ya, tapi kira-kira inilah yang terjadi pada saya kalau mulai stres

1. BENGONG

Kalau mulai kumat stresnya, saya itu jadi suka melamun. Sadar tak sadar. Boro-boro fokus diajak bicara, bahkan saya tak sadar sedang diajak bicara. Kadang-kadang otak saya semacam memiliki mekanisme pertahanan untuk tidak memasukkan secuil informasi tambahan apapun kedalamnya, persis komputer hang. Kalau lagi eling, baru saya sadar, tarik nafas dalam-dalam, buat notes gede-gede dengan tulisan “Jangan Bengong!”

Saat eling itu pulalah saya berusaha memberitahu diri saya kalau saya mulai stres. Saya akan keluar dari ruangan, berkeliling mencari suasana baru biar dapat pencerahan. Nah, kalau lagi eling banget saya akan ber “saat teduh” ulang hari itu.

Saya emang mirip seal-nya, tapi dia kayaknya lebih zen dari saya 😁

2. MARAH TAPI TAK MARAH

Eh, gimana maksudnya coba. Saya ini ekstrovert, jadi apapun kondisi yang saya alami di hati akan terpancar keluar atau akan disampaikan pada orang yang bersangkutan..itu normalnya. Masalahnya, kalau mulai stres, jika saya jengkel atau marah setengah mati, saya akan kehilangan kemampuan marah itu. Jadi saya paling acak-acak rambut atau acak-acak kertas di meja kemudian saya linglung sendiri kenapa sih gw rasanya pengen marah besar tapi ga tau gimana caranya.

Haha, kok jadi bagus ya kesannya saya stres jadi ga marah-marah. Tapi buat saya itu ga sehat, karena yah seperti nahan BAB selama berhari-hari. Marahnya ga ilang cuma mampet entah dibagian otak yang mana.

3. MAKAN SEDIKIT

Once, i proclaim myself as an emotional eater. But i found that i was wrong. Ini baru-baru saja saya temukan gejalanya. I’m not an emotional eater, karena dalam kondisi normal pun saya makannya banyak 🤣. Kalau saya mulai stres, ternyata justru saya akan tiba-tiba kehilangan nafsu makan pada apapun yang disajikan. Saya minggu ini bisa makan cuma 2 hari sekali tanpa sadar dan tidak ngemil.

Badan jadi kurus dong? In your dream, Pit. Yang ada saya kumat maagnya (yaeyalah) kemarin. Itupun kalau tidak sampai melilit-lilit, saya tidak sadar kalau perut saya protes ga dikasih makan. 😑. Nah, saya jadi wanti-wanti ke suami kalau dia mulai melihat saya tidak selera makan apapun, tolong diingatkan dan dihibur (dengan belanja misalnya.. 😁)

Yeah..itu sih gejala kalau saya mulai stres. Semoga menulis ini jadi mengingatkan saya untuk bisa mengatasi keadaan sesegera mungkin kalau menemukan gejala itu. Kalau ga sanggup sendiri, saya bisa mengingatkan diri saya untuk minta tolong pada suami untuk sama-sama cari solusi supaya tidak beneran stres 😁

Yak..demikian ocehan ra mutu dari saya yang (belum) stres

The Westlake Resort, Jogja

Menghabiskan long weekend yang terasa sangat short kemarin, kami sekeluarga dengan niatnya sudah merencanakan ke Jogja sejak bulan Desember. Alasan utamanya sih ya jenguk Eyang Putri saya yang sudah sepuh (94 tahun), alasan sampingannya ya pengen liburan lah yaaa.. Memang cuma ke Jogja, tapi amat menyenangkan buat saya. I left my heart in Jogja.

Kalau sebelumnya kami pulang ke Jogja dengan menggunakan mobil, untuk acara pulang kampung kali ini, kami kompak katakan “TIDAK” untuk perjalanan long weekend dengan mobil. Kami memutuskan naik kereta api. Tepatnya, kereta api Taksaka. Kami berangkat di hari Rabu malam, hari Kamis kami cuti demi liburan yang lebih terasa. Fyi, kalau naik kereta api Taksaka berangkat malam itu asataganaga dinginnnnnnya…. Pastikan jaket bertudung, pakai kaos kaki tebal supaya nyaman. Disediakan selimut sih, tapi panjangnya nanggung, kalau mau nutupin kepala ya harus rela kakinya ga kebagian vice versa.

 

Yang girang banget mau numpak sepur
Enak banget tidurnya, emaknya kedinginan sampe ga bisa tidur

Nyampe Jogja jam 04.30, kami menuju sampai rumah eyang. Mandi, beres-beres, sedikit ngobrol, kami pamit untuk semalam menginap di luar. Yup, supaya berasa lebih liburan, kami memang sengaja semalam menginap ke hotel, karena malam-malam berikutnya pasti kami menginap dari rumah ke rumah saudara.

Hotel yang kami pilih ini sebenarnya bukan pilihan pertama saya (Iya, saya, karena Pak B mah ngikut aja). Maksud hati ingin mencoba hotel artsy yang hitz di dunia persosmed-an, tapi emang ga jodoh karena pada tanggal yang kami pilih udah fully booked aja lho. Jadilah kami cari-cari trus ndilalah kok menemukan hotel ini. Namanya The Westlake Resort.

Saya ga punya ekspektasi gimana-gimana sih, karena yang saya cari cuma hotel yang tenang. Kami menjauh dari crowd pusat kota Jogja karena pengen sehariiii aja liburannya tenang.

 

Kami tiba di saat matahari terik-teriknya

 

The Westlake Resort, ini background front officenya
Ada patung di tengah-tengah lobi, sepertinya itu batang pohon sungguhan yang ditahan oleh patung
Dari balik patung ada pemandangan langsung ke arah Kelapa Resto, restoran yang ada di westlake

Kesan pertama begitu tiba, duh mak..nyess banget. Emang suasananya tenang dan sesuai yang ada di gambar-gambar di mbah google, even better in real. Lobi dan restorannya mengingatkan saya pada model rumah mbah-mbah yang ada di tv (karena rumah mbah saya mah aslinya dari kayu semua di desa sana, bukan seperti ini).

Setelah check in, kami dibantu concierge hotel untuk menuju kamar menggunakan kereta (apa ya namanya, seperti perpaduan mobil golf dengan kereta wisata). Ini salah satu fasilitas yang disediakan hotel. 24 jam sehari, bisa diantar maupun dijemput. Menolong banget kalau mau ke resto atau lobby tapi hujan seperti yang kami alami disana. Kalau ga hujan dan ga males sih mendingan jalan kaki aja, soalnya enak sih pemandangannya.

Ini lho kereta yang saya maksud, yang bisa mengantar dan menjemput dari kamar ke lobby atau sebaliknya

Kamar Hotel

Kami menginap di kamar Executive Double Lake View. Kami dapat kamar no 216 dan suka sekali dengan kamarnya (Apalagi kalau yang presidential suite yak..muahahahaha). Kamar dengan lake view akan mendapat pemandangan ke danau buatan dengan balkon untuk nongkrong santai atau memberi makan ikan (pelet di charge 10k/bungkus). Ini highlight buat si unyil sih (selain berenang tentunya).

Tapi hati-hati pegang apapun kalau kita sedang kasih makan ikan/foto-foto di balkon, takutnya nyemplung ke danau. Misal handphone, kalau kita terlalu asik foto-foto trus handphone kita nyemplung ke danau kan liburannya jadi ga asique. Yang jadi masukan buat hotel ini adalah ga ada hairdryer di kamar mandi, nyiahahahaha. Mengingat banyak budget hotel yang sudah menyediakan hairdryer, semoga besok-besok akan disediakan ya.. (minor sih, yang lain mah tetep okeh)

Pemandangan dari arah pintu ke arah balkon

 

Tempat tidurnya enak, perasaan mah cukup luas buat kami bertiga

 

Kamar Mandi, ada air hangat dan air dingin showernya
Pemandangan sore hari yang berhujan
Balkon untuk kasih makan ikan (dengan model si unyil yang super kepo)
Ikan laparrrrr

Kelapa Resto

Di hotel ini cuma ada satu restoran yaitu Kelapa Resto. Sebenarnya di sebelah hotel ada Westlake Restaurant (satu grup dengan resort), tetapi kami tidak kesana. Karena kami tidak berencana makan keluar hotel maka kami makan siang, makan malam, dan sarapan di Kelapa Resto. Untuk ragam menunya lumayan banyak dari Indonesia sampai western, rasanya lumayan enak dan harga standar resto hotel bintang 4 lah ya.

Untuk makan siang dan makan malam, kami mencoba beberapa makanan :

  1. Nasi Goreng Westlake (Kami pesan siang dan malam karena menurut kami nasi gorengnya enak sesuai lidah kami dan lidah si unyil)
  2. Spaghetti Carbonara (enak sih tapi ga istimewa), Pizza Margherita (rotinya tipis dan renyah), Mushroom Cream Soup (me don’t like karena menurutku terlalu kental dan berat di mulut, entahlah mungkin lidah eyke yang lidah kampung), Calamari Ring (dagingnya tebal tapi tepungnya agak sedikit tipis, tapi enak kok)
  3. Jus Alpukat (buatku sih keenceran, huhu), Jus Nanas (seger deh), Wedang Secang (basicnya manis, jadi kalau ditambahin gula jadi kemanisan), Wedang Uwuh (segerr,hangat,dan tidak manis, jadi emang perlu tambahin gula sedikit sik)
    Semua minuman disini sepertinya gulanya dipisahkan, jadi kalau minuman datang itu sepaket dengan gula dalam bentuk simple syrup.

Kami jarang foto-foto makanan karena yah emang udah laper aja. Paling sarapan sih sempat foto beberapa yang unik. Jadi selain makanan yang biasa tersaji saat sarapan (roti & selai, sereal, kopi, teh, buah potong, salad, egg station, buffet, jus, pastry, fresh milk), ada juga yang jarang saya temui di tempat lain yaitu bubur ketan merah, angkringan, kue lumpur, putu mayang, dan jamu-jamuan.

 

Penampakan kelapa resto, yang ini ruang terbuka jadinya ada beberapa orang yang merokok tapi asapnya langsung terbawa angin. Masih ada lagi sih bagian restoran yang agak diatas, yang tidak terfoto dan cenderung lebih aman dari asap rokok
Kue lumpur, Kacang koro, dan Kripik pisang manis
Salah satu, eh salah dua jamu yang disajikan
Maafkan penampakan angkringan yang setengah termakan
Bubur Ketan Gula Jawa

Kolam Renang

Selain kegiatan kasih makan ikan, kegiatan yang ditunggu-tunggu si unyil tentu berenang. Kolam renang disini ada 2. Yang satu untuk umum, yang satu untuk kamar presidential suite. Yang private tentu eyke ga bisa foto-foto ya, jadi kita ke kolam renang umum. Kolam renang ini ada di tepi danau di sebelah restaurant. Awalnya mikir risih ga ya berenang dilihatin orang makan (apalagi yang ga bisa berenang kayak saya), hahahaha. Tapi yang sebenarnya bisa lihat jelas cuma yang duduk di paling pinggir restoran sih karena perbedaan ketinggian dengan kolam renang. Jadi menurut saya lokasinya oke-oke saja.

Kolam renang paling dalam kalau tidak salah dengar dari staf hotelnya itu cuma sekitar 1.5 m (cmiiw). Ada yang lebih pendek, kayaknya cuma seketeknya Bri, tapi dalam satu kolam dan tidak ada pembatas yang jelas diatasnya, jadi langsung berbeda ketinggian. Worry not, ada staf kolam renang yang always stand by buat memantau tapi alangkah lebih baik kalau orang tua menjaga anak masing-masing ye kan…

Err..coba fokus sama backgroundnya, bagus bener ituuu..
Ini juga fokus sama backgroundnya aja ya..hahaha
Anak kecil yang menggelap karena ga mau mentas

Kesimpulannya kami senang sekali menginap di The Westlake Resort ini. Menyenangkan dan menenangkan. Sebenarnya masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan seperti lake tour pakai kapal kecil (50k/person), sewa sepeda (20k/1jam), kalau ga salah bisa mancing juga, tapi ga inget deh itu di resort atau di restorannya.

Untuk rate mulai dari 900k – 4.5mo kalau tidak salah untuk kelas presidential suitenya. We really have a blast stay here. Juara banget sih pelayanan stafnya ramah-ramah dan sigap. Semoga ada kesempatan lagi ke jogja dan menginap disini.

Note : Foto diambil oleh orang yang tidak bisa fotografi jadi sebenarnya pasti lebih bagus dari foto-foto ini.

Bonus : Foto-foto lainnya di The Westlake Resort

 

Penampakan “gang” yang membawa ke pintu kamar hotel
Dari dramaga kecil yang sungguh fotogenik

 

Masih dari dramaga. Itu kapal yang membawa tamu untuk lake tour

 

Emak-emak galau pengen lanjut stay di hotel tapi tetep pengen ngirit..hahaha
Diambil subuh, setelah hujam semalaman
Danau saat mendung
Pemandangan ke arah lobby dari kelapa resto
Barongsai yang sukses membuat Bri nangis karena takut dikedipin barongsai. Kata Bri “matanya serem mama”

See you again, Westlake Resort!

Ketemu Seleb

Apa reaksi orang kalau ketemu orang terkenal misal artis, politikus, selebgram, mimi peri (eh..) ? Pasti reaksinya beda-beda. Jadi saat grand launching kantor kemarin, ada beberapa influencer dan artis yang diundang datang, dan setelahnya ada beberapa juga influencer/selebgram datang. Dari pengamatan saya (yang minim ketemu orang terkenal) ada beberapa reaksi yang terjadi dari orang-orang yang bertemu mereka (tentu saja selain jurnalis, asisten artis dan konco-koncone)

1.Poker Face 

IMG-20180207-WA0016
Popopopopopoker face

Ada nih orang yang biasa aja ketemu orang terkenal. Ga tau sih itu bawaan lahir atau ya dia emang bisa menyembunyikan excitementnya dengan sangat baik. Artis lewat sebelahan, dia lempeng aja ke depan. Papasan sama politikus hits, dia biasa aja. Selebgram senyum sama dia, ya dia juga biasa aja. Ini bukannya karena ga tau siapa yang papasan sama dia, dia tahu tapi ya itu..dia biasa aja. Lempeng to the end. Mungkin orang-orang seperti ini baru akan kehilangan kontrol kalau ketemu orang terkenal yang dia idolain pake banget deh. Hehehe.

Bisa juga sih karena emang bener-bener ga kenal. Misalnya abang kerak telor yang di foto Lee Jung Shin CNBlue waktu ke Jakarta, atau abang tukang duren yang disamperin Park Bo Gum waktu ke Jakarta (kenapa referensinya korea semua deh pit). Pas lihat foto mereka, pasti bapak-bapak itu ga tau kalau mereka jadi sasaran rasa iri fangirl/fanboy dan pasti mereka ga tau kalau banyak fangirl/fanboy yang pengeeeennn banget tukeran tempat sama mereka saat itu. Lha wong mereka ga kenal siapa yang foto mereka. Hahaha.

2.Tebar Pesona

IMG-20180207-WA0013
Kalo yang tebar pesona model begini sih, tante juga suka suka suka…

Jadi nih ya, berdasarkan pengamatan, ada lho yang suka tiba-tiba sok cool tapi tebar pesona kalau ketemu orang terkenal. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan ya berharap di notice ya sama selebnya. Apalagi kalau selebnya itu lawan jenis. Ada yang sengaja lewat bolak balik di dekat selebnya, ada yang berusaha rapihin rambut, benerin makeup, dsb..dsb.. Tapi dia bukan tipe fangirl/fanboy yang akan terheboh-heboh, tapi akan bersikap cool seolah biasa saja tapi teteup usaha menarik perhatian seleb yang dia temui.

3.Fangirl/Fanboy

Excited

Ini mah ga usah dijelasin deh. Apalagi kalau ketemunya seleb teridola. H.I.L.A.N.G K.O.N.T.R.O.L. Hahahahahaha. Kalau sudah begini, bisa berujung minta foto/minta tanda tangan/minta salaman atau malah hilang kesempatan karena starstruck dan blank mau ngapain..hahahha.

IMG-20180207-WA0015
Mari kuatkan iman wahai fangirl dan fanboy..

4.Shy shy racoon

Ya ampun..ya ampun..gw ketemu seleb

Jadi ada nih orang yang sebenarnya kagum tapi tidak berani mendekati seleb yang ketemu dia. Dia memilih mengagumi dari jauh. Kalau dia lagi bareng temannya, maka dia akan bisik-bisik dengan temannya sambil tunjuk-tunjuk selebnya. Atau dia akan ambil foto diam-diam dan dari jauh. Fotonya bisa disimpan sendiri atau dia pajang di sosmed dengan caption “Wah, ternyata (nama seleb) lebih ganteng/cantik/ramah/keren/stylish aslinya”

IMG-20180207-WA0017
Oh my gawd, is this for real?

5.Haters be lyke

Hate

Yang namanya seleb mah pasti ada aja hatersnya. Yang membedakan adalah jumlahnya. Ada yang hatersnya lebih banyak dari fansnya, ada yang cuma sedikit sekali hatersnya, ada juga yang imbang jumlah haters dan fansnya. Nah kalau haters yang ketemu seleb secara tidak sengaja maupun sengaja, mungkin ada beberapa hal yang terjadi. Paling ekstrim sih mungkin menyerang, lempar terigu atau barang-barang lainnya. Ada juga yang foto diem-diem, trus disebarin di sosmed dengan caption yang menjelek-jelekan. Bisa juga dia akan ngobrolin seleb itu bareng temannya, tapi yang diobrolin ya ngejelek-jelekin. Paling minim sih mungkin menggerutu dalam hati jelek-jelekin tu seleb.

6.Confused

IMG-20180207-WA0012

Ada orang yang bingung waktu ketemu seleb. Bingung kok ada orang dikerubutin, kok heboh banget, kok dimintain foto, kok dimintain tanda tangan. Bisa jadi sih penyebabnya itu seleb yang dia temui kurang terkenal atau dia emang ga tau aja. Seperti selebgram itu segmented banget, jadi mungkin buat sebagian orang yah mereka bukan seleb. Atau artis yang mana sekarang banyak banget, mungkin buat sebagian orang yang ga kenal karena ga pernah nonton sinetron/film atau dengerin lagunya. Atau simply, ya orangnya kudet aja. Hahaha.

Kira-kira reaksi apalagi ya? Baru kepikiran segini sih..